Sisi Positif Kebiasaan Ngemil pada Anak

Pada masa pertumbuhan, anak butuh asupan gizi yang memadai. Sayangnya, acap kali si kecil lebih suka ngemil dibanding menyantap makanan berat. Bagaimana menyiasatinya?

Kebutuhan anak akan nutrisi bisa didapat anak dari makanan. Tak heran, banyak orangtua yang khawatir saat anaknya malas makan. Padahal, anak harus mendapatkan gizi seimbang yang terdiri atas makro nutrien (karbohidrat, protein, dan lemak), serta mikro nutrien (vitamin dan mineral). Semua unsur tersebut harus terkandung dalam makanan yang dikonsumsi anak setiap hari. Dengan begitu, anak mendapat asupan gizi yang seimbang, baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.

“Tumbuh kembang seorang anak dari usia sejak lahir membutuhkan zat-zat gizi. Proses di dalam tubuh kita membutuhkan tenaga yang berupa hidrat arang, lemak, dan protein. Sedangkan zat pembangun yang dibutuhkan adalah air, mineral, dan protein. Anak tidak sama tumbuhnya antara satu dengan yang lain. Semakin cepat tumbuh, semakin banyak zat gizi yang dibutuhkan lebih banyak,” papar Ahli gizi, Dr Leane Suniar M, MSc, SpGK kepada okezone

Selain makanan pokok guna menyokong masa pertumbuhan anak. Dibutuhkan juga snack, atau yang dikenal sebagai camilan. Anak kecil membutuhkan camilan dan kebiasaan ngemil pada anak sebenarnya tidak sepenuhnya buruk asalkan orangtua memperhatikan betul kandungan gizi dari camilan yang dikonsumsi anak-anaknya. Karena itulah anak-anak harus dibiasakan mengonsumsi camilan sehat sehingga akan terlatih memilih makanan yang sehat hingga dewasa kelak.

“Snack itu selalu dibutuhkan. Setiap tiga jam harus diberi makanan tambahan yang mudah dicerna dan diserap tubuh. Sehingga memenuhi zat gizi,” jelas Dr Leane Suniar M, MSc, SpGK.

Di sinilah kreativitas dan kecerdikan orangtua ditantang untuk menyiasatinya melalui perencanaan camilan yang sehat bagi si kecil. Kebiasaan mengonsumsi makanan kecil memang sudah menjadi pola hidup yang sulit dihilangkan. Berdasarkan informasi dari mayoclinic.com, snack time alias waktunya ngemil adalah saat yang paling ditunggu anak-anak di Amerika. Tak heran bila seperempat energi harian anak-anak ini didapat dari makanan ringan.

Selain itu, menurut Leane, jajanan atau camilan yang diberikan pada anak seharusnya sesuai dengan kebutuhannya dan tidak boleh berlebihan. Apalagi jika mengonsumsi makanan dengan kalori tinggi, sehingga bisa memicu obesitas pada anak.

“Makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk snack, diperlukan sebagai energi, zat pembangun dan pengatur tubuh,” jelas wanita yang juga anggota Komite Olimpiade Indonesia ini.

Lantas, bagaimana bila sang anak terlanjut mengalami obesitas? Di sinilah pentingnya peranan orangtua, terutama ibu dalam mengarahkan si anak. Ibu harus benar-benar cermat menyiasati permintaan anak akan camilan. Itu karena membujuk anak tidaklah mudah, terutama saat meminta mereka mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Pada anak kecil, makanan-makanan tersebut cenderung tidak terlalu disukai, sehingga dibutuhkan kreativitas untuk mengemasnya menjadi camilan yang menarik dan juga lezat.

“Snack berupa agar-agar, buah, ataupun pastel isi sayuran bisa untuk yang sedang ber-diet,” tutup wanita berkaca mata tersebut sambil tersenyum.