Benarkah Influenza Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal ?

Dalam tubuh, ginjal memiliki peran kunci. Tidak hanya menyaring darah dan membersihkan limbah tubuh, namun juga menjaga keseimbangan tingkat-tingkat elektrolit, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi sel-sel darah merah.

Ginjal terletak di belakang perut, satu kiri dan satu kanan tulang belakang. Ginjal mendapat suplai darah melalui srteri-arteri ginjal langsung dari aorta dam mengirim balik darah ke jantung melalui pembuluh vena ginjal.

Glomerulonefritis merupakan salah satu penyakit ginjal yang biasa disebut dengan peradangan ginjal. Penyakit ginjal yang biasa disebut dengan peradangan ginjal. Penyakit ini ditandai dengan peradangan sebagian glomeruli ginjal. Kondisi ini dapat terjadi ketika sistem imun tubuh lumpuh.

Antibodi dan zat-zat lainnya membentuk partikel dalam aliran darah yang terjebak dalam glomeruli. Hal ini menyebabkan peradangan dan membuat glomeruli tidak dapat bekerja dengan baik. Glomerulonefritis merupakan penyebab terbesar penyakit ginjal tahap akhir selain hipertensi, penyakit ginjal polikistik, dan penyakit ginjal obstruksi infeksi.

Glomerulonefritis bisa menyerang semua usia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, umumnya glomerulonefritis terjadi pada usia 5-10 tahun. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada usia 20-30 tahun. Perlu diketahui, glomerulonefritis ini merupakan penyebab utama gagal ginjal tahap akhir

Kuman dan Virus

Glomerulonefritis dibagi menjadi beberapa jenis, yakni akut dan kronik. Glomerulonefritis akut terjadi mendadak tanpa ada gejala sebelumnya. Sedangkan glomerulonefritis kronik sudah menahun dan menimbulkan infeksi yang berulang. Menurut dr. Agatha Lita Kapojos, Sp.PD dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, penyebab utama glomerulonefritis adalah kuman.

"Penyebab utama glomerulonefritis akut adalah infeksi dari kuman stafilokokus," katanya.

Namun tak semua glomerulonefritis disebabkan oleh kuman atau bakteri. Masih ada penyebab lain, antara lain, virus dan parasit. Virus yang dimaksud, antara lain, virus hepatitis B, vanisula, dan virus influenza. Sementara parasit yang bisa menyebabkan munculnya penyakit ini adalah malaria dan toxoplasma.

Seperti yang sudah disinggung, fungsi utama ginjal adalah menyaring zat-zat yang terdapat di dalam tubuh. Kuman dan virus juga ikut tersaring, sehingga kemudian terjebak di dalam ginjal dan menyebabkan peradangan ginjal.
"Antibodi yang berada di sirkulasi darah akan menuju ke ginjal dan kemudian disaring di tempat itu. Kuman yang terperangkap akan bercampur dengan antibodi lainnya," terangnya.

Pada saat tubuh terserang berbagai kuman dan virus, bahkan parasit, tubuh akan membentuk antibodi. Antoimun pun terjadi dan membuat tubuh memberikan reaksi yang salah.

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak atau secara menahun. Bahkan seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Ada beberapa gejala yang muncul, antara lain, mual-mual, kurang darah atau anemia, warna urin yang menyerupai air cucian daging, sakit kepala, dan lebam pada bagian wajah khususnya pada pagi hari.

"Pada awalnya, gejala bengkak akan terjadi hanya di sekitar mata dan wajah. Tapi lama-kelamaan bisa kebagian lainnya juga," sambungnya.

Ada juga gejala penyerta lainnya seperti badan terasa lemah dan tidak ada nafsu makan.

Diagnosis dan Pengobatan.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Dalam pemeriksaan laboratorium ini, urin pasien diperiksa untuk mengetahui apakah ada albumin di dalamnya atau tidak.

“Akan dilakukan pemeriksaan C3 untuk melihat apakah urin pasien mengandung protein tinggi atau tidak,” katanya.

Asal tahu saja, karena ginjal tidak berfungsi dengan baik, protein akan ikut larut ke dalam urin dan tidak tersaring oleh ginjal.

Pengobatan glomerulonefritis tergantung pada penyebab penyakit, apakah akut atau kronis, tingkat keparahan kerusakan ginjal, dan usia dan komorbiditas pasien.

Untuk glomerulonefritis akut, pengobatan ditujukan untuk membantu menghilangkan kelebihan cairan dan mengontrol tekanan darah tinggi. Terapi-terapi jangka panjang diperlukan hanya untuk gagal ginjal stadium akhir, yakni dengan cara transplantasi ginjal.

Pemberian antibiotik jenis pinisilin ditujukan untuk memberantas semua sisa infeksi. Antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, tetapi mengurangi penyebaran infeksi stafilokokus yang mungkin masih ada.

“Pemberian antibiotik selama 10 hari untuk menghilangkan sisa-sisa kuman yang masih terdapat dalam tubuh, ginjal khususnya,” katanya.

Dianjurkan juga kepada pasien untuk beristirahat kurang lebih satu bulan untuk memulihkan ginjal dan kondisinya. Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit, penyebab, dan gejala.

Selain itu, glomerulonefritis juga dapat dicegah dengan cara mengatur pola hidup sehat, mengurangi kopi, alkohol, rokok, dan memperbanyak minum air putih.